BIJAK DENGAN OBAT
>> Wednesday, November 4, 2009
Pemakaian obat yang rasional (Rational Use of Drugs) adalah pola pemberian obat yang tepat yaitu pemilihan obat yang sesuai dengan
diagnosis penyakitnya, tepat konsumsinya, tepat dosisnya, tepat jangka waktu
pemberiannya, dan aman, dengan harga semurah mungkin serta dengan pemberian
informasi yang obyektif. Singkatnya, pola pemakaian obat yang aman, efektif
(cost-effective), dan efisien.
Menurut WHO, secara garis besar yang berperan terhadap pola pemberian obat tidak rasional, yaitu:
• Membanjirnya obat dalam jumlah yang banyak.
• Proses pengambilan keputusan oleh para dokter
Beberapa hal yang keliru seputar pengunaan obat:
1. Panduan penanganan suatu penyakit
Tanpa kita sadari, kita sangat mendewakan obat. Ketika kesehatan kita terganggu kita kurang memahami bahwa setiap penyakit ada panduan penanganannya.
2. Kesehatan adalah urusan dokter dan tenaga medis
Pasien merupakan pihak yang paling berkepentingan akan kesehatan dirinya, sehingga dia harus memahami ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Dokter paling tahu dan memahami tentang obat-obatan
Kemajuan ilmu kedokteran terus berkembang sangat pesat tak jarang dokter dan petugas medis senantiasa tidak memperbarui ilmunya.
4. Antibiotika obat dewa
Entah siapa yang bersalah, kita semua (konsumen kesehatan dan tenaga medis) memiliki pola pikir ketika sakit diberi antibiotika agar lekas sembuh, agar tidak terjadi infeksi sekunder kuman. Padahal seringkali penyakit yang diderita disebabkan oleh virus seperti diare yang tidak membutuhkan antibiotika. Semakin sering memperoleh antibiotika maka semakin sering jatuh sakit
5. Puyer yang terbaik untuk anak Indonesia
Selama ini semua orang menerima bahwa resep khusus untuk anak adalah puyer. Puyer dianggap yang terbaik dan tepat untuk Indonesia karena lebih murah. Padahal penelitian menunjukkan bahwa resep-resep puyer sama sekali tidak murah karena terdiri dari banyak obat yang kebanyakan bukan generik. Karenanya puyer sangat tidak aman.
6. Pergi ke dokter sama saja meminta resep/obat
Tidak sedikit yang beranggapan bahwa konsultasi medis adalah kunjungan berobat atau upaya meminta obat. Sebenarnya konsultasi medis adalah upaya advokasi, berbagi informasi, meminta penjelasan dan kejelasan untuk mencari penyebab penyakit dan menentukan cara-cara pengobatannya.
7. Obat injeksi lebih mantap
Sebenarnya tidak banyak pasien yang membutuhkan pemberian obat melalui suntikan. Dipandang dari berbagai aspek obat injeksi lebih berdampak negatif dibandingkan obat secara oral karena meningkatnya efek samping obat, kemungkinan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui penyuntikan serta rasa tidak nyaman yang ditimbulkan.
8. Mahal sama dengan berkualitas
Layanan kesehatan yang berkualitas adalah layanan kesehatan yang profesional yaitu yang mendahulukan kepentingan pasien, transparan, sesuai bukti ilmiah dan padat akal. Jika pasien tidak membutuhkan obat, dokter harus berani mengatakan yang sebenarnya dan pasien harus menghormatinya.
Obat bekerja melalui berbagai mekanisme. Berbagai efek dapat ditimbulkan dari pemakaian kombinasi beberapa obat.
• Interaksi obat yaitu suatu kondisi pemberian dua obat atau lebih menimbulkan efek yang berbeda dari semula yang direncanakan.
• Efek samping yaitu timbulnya efek negatif suatu obat.
• Indikasi kontra yaitu suatu kondisi yang menyebabkan pasien tidak dianjurkan mengonsumsi obat tertentu.
• Rasio untung rugi. Contohnya ketika anak didiagnosis (dengan catatan diagnosis akurat) menderita tuberkolosis/TB kita harus memberikan obat anti TB pada 2 bulan pertama (PZA,rifampisin, dan INH) dilanjutkan 4-6 bulan dengan INH dan rifampisin. Meskipun obat-obat tersebut potensial menganggu fungsi hati (ringan sampai berat) namun obat tersebut tetap diberikan dengan pengawasan ketat karena manfaatnya dalam mengobati TB jauh lebih besar dari kerugian akibat efek sampingnya. Oleh karena itu sangat berbahaya jika anak tidak menderita TB tetapi diberikan obat anti TB karena memiliki resiko yang tinggi merusak hati. Terlebih bila digabung dengan obat lain seperti parasetamol dan obat antikejang.
(Jurnal Bogor)
diagnosis penyakitnya, tepat konsumsinya, tepat dosisnya, tepat jangka waktu
pemberiannya, dan aman, dengan harga semurah mungkin serta dengan pemberian
informasi yang obyektif. Singkatnya, pola pemakaian obat yang aman, efektif
(cost-effective), dan efisien.
Menurut WHO, secara garis besar yang berperan terhadap pola pemberian obat tidak rasional, yaitu:
• Membanjirnya obat dalam jumlah yang banyak.
• Proses pengambilan keputusan oleh para dokter
Beberapa hal yang keliru seputar pengunaan obat:
1. Panduan penanganan suatu penyakit
Tanpa kita sadari, kita sangat mendewakan obat. Ketika kesehatan kita terganggu kita kurang memahami bahwa setiap penyakit ada panduan penanganannya.
2. Kesehatan adalah urusan dokter dan tenaga medis
Pasien merupakan pihak yang paling berkepentingan akan kesehatan dirinya, sehingga dia harus memahami ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Dokter paling tahu dan memahami tentang obat-obatan
Kemajuan ilmu kedokteran terus berkembang sangat pesat tak jarang dokter dan petugas medis senantiasa tidak memperbarui ilmunya.
4. Antibiotika obat dewa
Entah siapa yang bersalah, kita semua (konsumen kesehatan dan tenaga medis) memiliki pola pikir ketika sakit diberi antibiotika agar lekas sembuh, agar tidak terjadi infeksi sekunder kuman. Padahal seringkali penyakit yang diderita disebabkan oleh virus seperti diare yang tidak membutuhkan antibiotika. Semakin sering memperoleh antibiotika maka semakin sering jatuh sakit
5. Puyer yang terbaik untuk anak Indonesia
Selama ini semua orang menerima bahwa resep khusus untuk anak adalah puyer. Puyer dianggap yang terbaik dan tepat untuk Indonesia karena lebih murah. Padahal penelitian menunjukkan bahwa resep-resep puyer sama sekali tidak murah karena terdiri dari banyak obat yang kebanyakan bukan generik. Karenanya puyer sangat tidak aman.
6. Pergi ke dokter sama saja meminta resep/obat
Tidak sedikit yang beranggapan bahwa konsultasi medis adalah kunjungan berobat atau upaya meminta obat. Sebenarnya konsultasi medis adalah upaya advokasi, berbagi informasi, meminta penjelasan dan kejelasan untuk mencari penyebab penyakit dan menentukan cara-cara pengobatannya.
7. Obat injeksi lebih mantap
Sebenarnya tidak banyak pasien yang membutuhkan pemberian obat melalui suntikan. Dipandang dari berbagai aspek obat injeksi lebih berdampak negatif dibandingkan obat secara oral karena meningkatnya efek samping obat, kemungkinan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui penyuntikan serta rasa tidak nyaman yang ditimbulkan.
8. Mahal sama dengan berkualitas
Layanan kesehatan yang berkualitas adalah layanan kesehatan yang profesional yaitu yang mendahulukan kepentingan pasien, transparan, sesuai bukti ilmiah dan padat akal. Jika pasien tidak membutuhkan obat, dokter harus berani mengatakan yang sebenarnya dan pasien harus menghormatinya.
Obat bekerja melalui berbagai mekanisme. Berbagai efek dapat ditimbulkan dari pemakaian kombinasi beberapa obat.
• Interaksi obat yaitu suatu kondisi pemberian dua obat atau lebih menimbulkan efek yang berbeda dari semula yang direncanakan.
• Efek samping yaitu timbulnya efek negatif suatu obat.
• Indikasi kontra yaitu suatu kondisi yang menyebabkan pasien tidak dianjurkan mengonsumsi obat tertentu.
• Rasio untung rugi. Contohnya ketika anak didiagnosis (dengan catatan diagnosis akurat) menderita tuberkolosis/TB kita harus memberikan obat anti TB pada 2 bulan pertama (PZA,rifampisin, dan INH) dilanjutkan 4-6 bulan dengan INH dan rifampisin. Meskipun obat-obat tersebut potensial menganggu fungsi hati (ringan sampai berat) namun obat tersebut tetap diberikan dengan pengawasan ketat karena manfaatnya dalam mengobati TB jauh lebih besar dari kerugian akibat efek sampingnya. Oleh karena itu sangat berbahaya jika anak tidak menderita TB tetapi diberikan obat anti TB karena memiliki resiko yang tinggi merusak hati. Terlebih bila digabung dengan obat lain seperti parasetamol dan obat antikejang.
(Jurnal Bogor)
0 comments:
Post a Comment