Totto-chan Gadis Cilik di Jendela
>> Wednesday, August 27, 2008
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-3655-2
“Putri Anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain.” Kemudian Ibu guru muda yang manis itu mendesah.”Kesabaran saya benar-benar sudah habis.”
Mama kaget sekali. Apa yang dilakukan Totto-chan hingga mengacaukan seluruh kelas? pikirnya menebak-nebak.
Totto-chan gadis cilik yang penuh semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi itu dianggap gurunya di sekolahnya yang lama sebagai anak yang nakal, pengacau dan tidak tahu aturan. Kesukaannya membuka tutup meja berkali-kali, berdiri di depan jendela untuk memanggil pemusik jalanan sampai mengajak berbicara burung walet disaat sedang mengikuti pelajaran, membuat ibu gurunya tidak tahan lagi dan meminta Ibu Totto-chan untuk memindahkan Totto-chan ke sekolah lain.
Ibu Totto-chan tidak mengatakan kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. Ia tahu Totto-chan tidak akan mengerti mengapa dia dianggap berbuat salah dan ia tak ingin anaknya menderita tekanan batin.
Begitu sampai di gerbang sekolah barunya Totto-chan begitu terpana melihat sekolah barunya berbentuk gerbong kereta dan Totto-chan ingin segera masuk ke dalam sekolah barunya itu. Tapi, Mama menghalanginya dan memintanya untuk menghadap Kepala Sekolah terlebih dahulu jika ingin masuk ke sekolah kereta.
Sesampainya di ruang kepala sekolah, ia meminta Totto-chan duduk dan meminta Ibu Totto-chan pulang karena ia ingin berbicara dengan Totto-chan.
Sesaat Totto-chan diam merasa tidak enak tapi entah mengapa, dia merasa akan cocok dengan pria itu.
Kepala Sekolah meminta Totto-chan menceritakan semua hal yang ingin dikatakannya. Selama Totto-chan bercerita Kepala Sekolah selalu tampak tertarik pada apa yang diceritakannya sampai Totto-chan kehabisan bahan untuk diceritakan. Ketika Totto-chan telah selesai bercerita ia tidak menyangka telah bercerita kepada Kepala Sekolah selama empat jam.
Tentu saja ketika itu Totto-chan tidak tahu bahwa dia dikeluarkan dari sekolah karena gurunya sudah kehabisan akal menghadapinya. Wataknya yang periang dan terkadang suka melamun, membuat Totto-chan berpenampilan polos. Tapi, jauh di dalam hatinya dia merasa dirinya dianggap aneh dan berbeda dari anak-anak lain. Bagaimanapun Kepala Sekolah membuatnya merasa aman, hangat dan senang. Dia ingin bersama Kepala Sekolah selama-lamanya.
Begitulah perasaan Totto-chan terhadap Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi, pada hari pertama sekolah itu. Dan untungnya, begitu pula perasaan Kepala Sekolah terhadapnya.
Novel yang berdasarkan kisah nyata masa kecil penulis, Tetsuko Kuroyanagi ini bercerita tentang sekolah keretanya, Tomoe Gakuen. Novel ini didedikasikannya untuk Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi yang telah membuat masa kanak-kanaknya terasa indah dan mendidik anak-anak muridnya dengan cinta yang luar biasa. Dan yang selalu membekas dihati Tetsuko Kuroyanagi kalau Mr. Kobayashi selalu mengatakan kepadanya berulang-ulang, “ Kau anak yang benar-benar baik, Kau tahu
Dalam novel ini Tetsuko Kuroyanagi ingin menjelaskan metode pendidikan yang diterapkan Mr Kobayashi di sekolah Tomoe. Pelajarannya berbeda dengan sekolah-sekolah lain. Setiap anak dibebaskan untuk mempelajari hal-hal yang disukainya. Metode pelajaran ini membuat guru bisa mengamati bidang yang diminati anak, cara berpikir dan karakter anak, sehingga para guru benar-benar mengenal murid-murid mereka.
Sosaku Kobayashi mempraktikkan kurikulum yang cukup bebas untuk mengembangkan kepribadian setiap anak dan membangkitkan harga diri mereka. Ia meyakini bahwa setiap anak dilahirkan dengan watak baik, yang dengan mudah bisa dirusak karena lingkungan dan pengaruh-pengaruh buruk orang dewasa. Ia berusaha menemukan watak baik setiap anak dan mengembangkannya, agar anak-anak dapat tumbuh menjadi orang dewasa dengan kepribadian khas.
Di sekolah Tomoe pelajaran diberikan pada pagi hari. Setelah istirahat siang waktu digunakan untuk berjalan-jalan, mengumpulkan tanaman, menggambar sketsa, menyanyi, atau mendengarkan cerita-cerita dari Kepala Sekolah. Setiap pelajaran dikemas dengan permainan dan sesuai dengan minat anak sehingga tidak membosankan dan membuat jenuh. Sebagian besar jam pelajaran di Tomoe diisi dengan pelajaran musik.
Tetsuko Kuroyanagi juga menceritakan kehidupannya dengan Mama, Papa dan anjingnya Rocky, serta persahabatannya dengan teman-temannya di Tomoe. Pada bagian epilognya, Tetsuko Kuroyanagi menceritakan keadaan teman-temannya sekelasnya yang telah menjadi orang-orang sukses. Selain lingkungan tempat sekolah yang mendukung karakter anak yang khas, dalam novel ini Tetsuko Kuroyanagi juga menceritakan betapa ibunya begitu bijaksana dan sabar dalam menghadapi Totto-chan yang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan dianggap nakal oleh gurunya di sekolah yang lama.
Novel yang berjumlah 271 halaman dalam terjemahan bahasa Indonesia ini juga diberi ilustrasi yang sesuai dengan isi cerita di dalam novel Totto-chan. Padahal ilustrasi yang digambarkan oleh Chihiro Iwasaki ini dibuat sebelum novel ini ditulis. Chihiro Iwasaki adalah seniman yang menggambarkan anak-anak dalam berbagai sikap dan suasana hati mereka.
Novel ini bagus sekali sebagai bahan untuk pengajaran para orangtua maupun pendidik dalam mengajarkan dan mendidik anak-anak dengan menyenangkan dan tanpa memaksa. Sekolah Tomoe didirikan pada tahun 1937, tetapi pengajarannya sudah menerapkan pengajaran berdasarkan minat anak dan disesuaikan dengan karakter masing-masing anak.
0 comments:
Post a Comment